PMJ 060809
Oleh Mardibros
Patrapmania 08 Agustus 2009
jam 19:15
"Ku hadapkan wajahku ke
Wajah Tuhan Pencipta langit
dan bumi dengan lurus, dan
aku bukanlah termasuk orang-
orang yang musryik".
Ketika seorang prajurit telah
berdiri dihadapan sang jendral,
maka ketentuan protokoler
yang harus dilakukan adalah
berdiri tegap dengan sikap
sempurna lalu memberikan
hormat. Bukan sebaliknya,
memberi hormat dulu baru
kemudian dia berjalan
menghadap jendralnya.
Demikian pula seharusnya yang
harus dilakukan shalat. Shalat
hakikatnya adalah perjumpaan
dengan Allah. Setelah
berjumpa lalu apa? Disitulah
peran syariat yang berfungsi
mengatur tata krama dalam
perjumpaan itu.
Kita sering sekali sibuk
mempelajari ketentuan dalam
syariat tetapi lupa mempelajari
bagaimana kita menghadap
Nya. Kita sibuk mengamalkan
bacaan dan gerakan tetapi
lupa dengan mendekatkan diri
kepada Nya.
Mulailah shalat dengan
menghadapkan diri kita kepada
Nya.
Berdirilah santai. Kendorkan
seluruh tulang dan otot.
Arahkan jiwa kita menuju
kepadanya. Bukalah
kesadaran, bahwa Dia sangat
dekat. Tidak perlu kita mencari
Nya kemana-mana. Kita hanya
perlu berserah diri dan
membuka hati agar Dia
menyambut kehadiran kita.
Tunggulah sampai terasa ada
kesambungan jiwa. Biarkanlah
sampai rasa itu semakin pekat
dan tarikan semakin kuat.
Sampai terasa Dia ada.
Rasakan lalu bertakbirlah
untuk menyatakan kebesaran
Nya. Al Fatihah untuk menyapa
Nya. Rukuk untuk
menghormati Nya. I'tidal untuk
memuji Nya. Sujud untuk
menyembah Nya. Duduk untuk
memohon kepada Nya.
Tahiyyad untuk menghormati
Nya. Jika sudah selesai,
sampaikan salam, tebarkanlah
daya keselamatan, rahmat dan
keberkahan yang telah kita
terima dari Allah Swt
keseluruh alam semesta.
Hayya alash sholaa
Hayya alal falaa
PMJ 300709
Oleh Mardibros
Patrapmania 01 Agustus 2009
jam 9:00
PMJ 300709
Ku dekap tanganku di dadaku
Terasa Dia merengkuhku,
mendekatkanku pada Nya
Ku rukukkan badanku
Terasa tubuhku meluruh dan
jiwaku menunduk didalam
keagungan Nya
Ku sujudkan diriku.
Bumi pun ada dalam
pelukanku, semuanya.
Terasa jiwa ini meluncur ke
masuk dalam bumi.
Merendah dihadapan Yang
Maha Tinggi
Ku biarkan jiwaku lepas.
Ku tinggalkan tubuh yang
mencoba menahannya.
Akupun meluncur bebas.
Ah ... Ternyata jiwaku tahu
jalan kemana akan pergi.
Ada yang menuntun.
Tinggal mengikuti rel yang tak
berujung.
Ku nikmati perjalanku.
Kadang naik menuju langit
yang tinggi
Kadang diam di alam raya
yang luas
Ku tinggalkan rasa-rasa itu.
Aku tidak akan bisa kembali ke
Sang Pencipta jika berhenti
dirasa.
Aku harus di atas rasa-rasa itu.
Hening ... Bening ...
Tak ada apa-apa kecuali DIA
Patrap